Kamis, 04 November 2010

Titip Rindu Buat Ayah

Titip Rindu Buat Ayah

Dimatamu masih tersimpan selaksa peristiwa
Benturan dan hempasan terpahat di keningmu
Kau nampak tua dan lelah
Keringat mengucur deras
Namun kau tetap tabah
Meski nafasmu kadang tersengal
Memikul beban yang makin sarat
Kau tetap bertahan

Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar legam terbakar matahari
Kini kurus dan terbungkuk
Namun semangat tak pernah pudar
Meski langkahmu kadang gemetar
Kau tetap setia

Ayah ...
Dalam hening sepi kurindu
Untuk menuai padi milik kita
Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan
Anakmu sekarang banyak menanggung beban

(Titip Rindu Buat Ayah - Ebiet G. Ade)


Begitulah kira-kira lagu itu,, lagu yang penuh haru dan makna, kuat dalam arti sang pejuang. jikalah engkau mencermaitinya. engkaupun ku yakin tak tahan haru betapa Ebit G. Ade merangkaikan lyric itu dengan cara yang luar biasa.
sambil mencermati isi lagu ini, tersentak hatiku berdegup kencang membayangi engkau yang kini sudah renta, tergolek gemulai di atas kasur itu di ruangan yang gelap dan pengap, engkau tak mampu dan mau memandangi lagi mentari itu, mentari yang membuatmu kepanasan dan hidup. ah ayah.. aku rindu memelukmu.

Aku tahu, Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini. dan aku pun juga mengerti dan paham Keriput tulang pipimu adalah gambaran perjuangan. aku ingin ayah keluar dan menyapa mentari pagi lagi, bersiul di pematang sawah itu, bernyanyi di kala burung burung pipit sesekali mengelabumimu tuk mengambil sebuir dua butir padimu yang menguning. Akupun ingin senyum di wajahmu menyapaku di saat aku pulang bermain dari rumah tetanggaku, dan dari duniaku yang sekarang yang tentu tak kau pahami lagi.

Tak bisa ku halaui lagi hari,minggu, bulan, dan tahun yang terus berganti, ketika usiaku dan usiamu terus bertambah. Dahulu aku yang tak percaya pada takdir dan berdebat riang di beranda rumah kita kini kupercayainya lewat gurat gurat di wajahmu dan lambat launpun,, gurat gurat itu muncul di wajahku. Ah.. ayah aku kalah.....tapi ini lah hidup,,,,,,,,
Dahan-dahan ranting itu sudah mulai tua, daunyapun sudah berguguran hampir tak selembar daunpun menutupi pohon yang dulunya kokoh itu,,,semua biji bijinya telah tumbuh kehidupan baru, pohon-pohon baru yang berbunga indah, berbuah lebat, dan hijau daunyapun sedap di pandang mata. begitulah setidaknya aku menggambarkan dikau wahai inspiratorku, idolaku, sekaligus tutorku.
kini aku dan kakak -kakakku sudah mekar bak bunga yang indah, berbua hebat dan lebat. dukunganmu dengan menyirami kami air kehidupan, nasihat dan prilaku yang baik menandakan bahwa engkau ayah telah sempurna di mata kami.. engkau telah melaksanakan tugasmu dengan baik walau kadang masih engkau meminta lebih kenapa hanya sampai sarjana??? yakinlah ayah "Dalam hening sepi kurindu" untuk memelukmu lagi membahagiakanmu lagi dan berkumpul kembali di ladang itu. ladang yang penuh kisah dan cinta bersama cucu-cucumu kelak. we love you dady.